Brand Yourself

“If you want to be seen, stand up

If you want to be heard, speak up!”

Brand Yourself

BRAND YOURSELF

Penulisan buku Brand Yourself merupakan perwujudan niat dari kedua penulis untuk memenuhi kebutuhan buku ajar bagi para mahasiswa jurusan komunikasi, para professional muda serta masyarakat lainnya yang memiliki perhatian di bidang pengembangan kepribadian sekaligus yang memahami potensi diri. Menurut pengamatan penulis buku-buku seputar pengembangan kepribadian masih relatif kurang dan didominasi text book berbahasa Inggris. Padahal bangsa Indonesia sebagai yang menganut budaya Timur sungguh kaya dengan adat istiadat yang mendukung pengembangan etika dan sopan santun.

Disamping itu, era globalisasi yang ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan tenaga kerja, menuntut setiap profesi untuk mengasah diri bukan hanya segi pengetahuan dan keterampilan tetapi juga dalam hal komunikasi dan pergaulan. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat perlu diimbangi dengan kemampuan memilih dan menggunakan perangkat atau media komunikasi secara tepat. Namun, hal ini patut disertai kesadaran dalam menerapkan etika berkomunikasi dan berelasi secara memadai baik dalam dunia kerja maupun interaksi pada umumnya.

Aspek-aspek inilah yang menjadikan setiap individu memiliki nilai tambah yang pada akhirnya membentuk ‘brand’ diri yang mampu bersaing dalam dunia kerja. Karena masa kini kepandaian saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan kemampuan bersosialisasi dan mengkomunikasikan aspek-aspek positif dalam diri.

Gubernur DKI, memiliki brand name ‘Ahok’ yang sangat kuat di masyarakat, karena Ahok yang satu ini berani berbeda dengan lainnya. “Saya tidak takut tidak terpilih lagi, saya tidak takut menjadi tidak popular hanya karena saya melakukan kebenaran, perombakkan untuk banyak orang,” katanya dalam program TV Mata Najwa, Oktober 2014. Maka masyarakat mengenal sang gubernur sebagai sosok yang tangguh, memiliki prinsip kuat dan tidak ada takutnya.

Ketika Bapak Joko Widodo (JW), presiden RI mengumumkan kabinetnya… apa yang berbeda dengan tradisi sebelumnya? Pemimpin negara yang dikenal dengan gaya ‘blusukan’ ini, memilih area terbuka, taman istana negara bukan ruang ber-AC untuk memperkenalkan para menteri. Dress code (busana) yang digunakan pada acara tersebut adalah atasan putih dengan celana panjang warna gelap, bukan jas atau kebaya. Beberapa kali terdengar JW meminta menterinya berlari menuju tempat yang telah ditentukan. Peristiwa formal yang dikemas secara bersahabat dan terbuka ini, memperkuat ‘brand’ JW yang membumi, praktis dan pekerja keras.

Materi buku ini meninjau sebuah brand dari sisi kekuatan identitas diri, pengembangan kepribadian serta kecakapan berkomunikasi yang dengan mudah dapat diimplementasikan. Penulisan buku didukung berbagai text book, wawancara dan observasi sehingga pembaca akan memperoleh gambaran lebih menyeluruh dalam pendekatan budaya nasional maupun universal.

Buku ini terdiri dari 5 Bab.

Bab I membahas tentang Professional Preseance (Hadir Secara Profesional) dimana termuat aspek-aspek yang perlu diketahui dalam memulai percakapan, memperkenalkan diri dan memperkenalkan seseorang kepada tamu yang hadir, teknik berjabat tangan hingga mengatur suara dan ekspresi wajah. Bab ini dilengkapi dengan teori-teori komunikasi relevan seperti Teori Aturan Percakapan, Teori Psikoanalisis, Psikologi Kognitif dan Berkomunikasi Efektif.

Bab II membahas mengenai Identitas dan Perwakilan Diri yang terurai dalam apa di balik sebuah kartu nama, apa kaitan identitas diri dengan Corporate Identity serta Organizational Identity. Dalam bab ini dipaparkan tentang bagaimana kita menjadi duta bagi diri sendiri serta secara tepat pula mewakili perusahaan dalam berelasi eksternal. Pendekatan komunikasi tampak dalam penjelasan tentang Corporate Identity dan Image Building.

Bab III mengantar pembaca pada kiat-kiat Penampilan Diri (Grooming) sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari kepribadian dan etika. Apa fungsi grooming, etika penampilan serta courtesy merupakan unsur-unsur yang dibahas. Penjelasan aspek-aspek ini diperkuat dengan teori komunikasi terkait dengan bermacam citra.

Bab IV melanjutkan materi-materi di atas, dalam bab ini pembaca akan mengetahui pentingnya media sebagai sarana penyampaian pesan. Pemilihan media dan keterampilan dalam menggunakan perangkat teknologi informasi adalah suatu hal yang tak dapat diabaikan jika kita ingin tampil dan memiliki nilai tambah. Etika yang perlu diperhatikan dalam penggunaan berbagai media didasari pula dengan penjelasan teori komunikasi massa.

Bab V membahas tentang etiket penggunaan lift sebagai salah satu sarana yang sering digunakan di gedung-gedung modern yang tentunya menuntut aturan main tersendiri. Demikian halnya dengan etiket makan siang bisnis dan perlunya mengenal etika makan yang berlaku di berbagai negara. Dari sisi komunikasi, aspek ini ditinjau melalui komunikasi antar budaya.

Bab VI merupakan rangkuman dari pembahasan menyeluruh dalam buku ini dan menjadi tujuan dari setiap pengembangan kepribadian dan pembentukan ‘brand’ diri. Teori komunikasi dalam hal ini Public Relations (PR) secara aplikatif dijelaskan dalam bab ini. Secara garis besar, strategi PR dengan pendekatan Marketing Public Relations (MPR) dapat digunakan oleh semua profesi untuk menampilkan potensi diri yang sesungguhnya.

Harapan penulis karya ini dapat melengkapi khazanah buku karya anak bangsa, dan dimanfaatkan secara optimal oleh siapapun yang ingin maju dan menjadi yang terdepan.

Jakarta, 20 Desember 2014
Indah Soekotjo & Mathilda AMW Birowo