Di era reformasi, dosen dituntut untuk lebih berkualitas (professional) dalam melaksanakan tugas utama yaitu di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat.
Karakteristik dosen professional menurut UU Guru dan Dosen adalah menguasai 4 (empat) kompetensi, yaitu :
🟥 Pedagogic
🟥 Professional
🟥 Kepribadian
🟥 Kompetensi sosial
Namun yang tidak kalah penting adalah PENAMPILAN yang merupakan Pencerminan Diri.
Seorang dosen menimbulkan rasa percaya diri yang simpatik terhadap mahasiswa, sehingga tidak mengherankan penampilan dosen dalam memberikan perkuliahan perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penampilan : cara berbusana, gerakan-gerakan yang tepat dalam memberi kuliah seperti: anggota badan, pandangan mata, penggunaan variasi media, suara serta sikap (kepribadian) yang mempesona.
Di era modern ini ditandai dengan kompetisi antar lembaga pendidikan demikian ketat, dengan berbagai alasan ketrampilan, mutu pelayanan maupun kepribadian seorang pendidik sangat mempengaruhi minat belajar bagi para siswanya, demikian juga di perguruan tinggi. Keahlian, kualitas serta penampilan bagi seorang dosen sangat dibutuhkan dalam memberikan kuliah. Dengan kata lain kepribadian seorang dosen sangat mempengaruhi minat belajar bagi para mahasiswanya. Dengan demikian sumber daya manusia di perguruan tinggi yang profesional khususnya dosen memiliki peran yang sangat penting untuk memotivasi mahasiswa dalam perkuliahan.
Dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan mempunyai tugas utama:
“Mentranformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”
~ Undang-Undang Guru dan Dosen (2005)
Dalam melaksanakan tugas utama tersebut seorang dosen harus mencipt suasana belajar yang nyaman dan kondusif, antara lain dengan cara memperhatikan penampilan dosen yang mempesona dalam memberikan kuliah. Dosen yang penampilannya mempesona senantiasa dapat menciptakan rasa percaya diri di hadapan para mahasiswanya, sehingga mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan akan termotivasi untuk belajar lebih semangat, sebaliknya bagi dosen yang kurang menguasai diri akan menjadi bahan pembicaraan bagi mahasiswanya.
Disamping itu usaha untuk meningkatkan suatu kemampuan mengajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan yang terus-menerus. Demikian juga kemampuan seorang dosen perlu selalu ditingkatkan agar pada waktu tampil di depan kelas sudah benar-benar memiliki kemampuan yang seharusnya ada pada setiap dosen, artinya apa yang akan diberikan oleh seorang dosen merupakan hasil kegiatan yang pernah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman yang ada selama perkuliahan, pada waktu dosen sedang memberikan kuliah di depan kelas mau tidak mau dosen adalah sebagai pemain dan mahasiswa adalah sebagai penonton. Dosen tidak akan dapat menyampaikan amanat atau mengungkapkan reaksi perasaannya waktu tampil di depan kelas untuk melaksanakan perkuliahan sebelum dia menguasai dan mengembangkan cara-cara menyatakan diri kepada sejumlah mahasiswa tersebut.
Setiap usaha member kuliah sebenarnya seorang dosen ingin menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri mahasiswa, selain itu juga membina kebiasaan, sehingga peserta mahasiswa terampil menjawab tantangan/situasai hidup secara manusiawi. Dengan kata lain pada saat dosen memberi kuliah mempunyai tujuan ingin memekarkan kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak para mahasiswa, sehingga menghadapi keadaan apapun mereka sanggup mengamati keadaan, menilai keadaan dan menentukan sikap serta tindakannya dalam setiap keadaan. Oleh karena itu setiap dosen wajib melatih diri untuk menciptakan rasa percaya diri pada waktu tampil di depan kelas untuk memberikan perkuliahan, sebab dosen yang tidak menguasai diri pada waktu tampil saat memberikan kuliah, mahasiswa cepat menangkap tanda-tanda tersebut, akhirnya mahasiswa akan mengetesnya atau mengkritik sehingga dapat mengakibatkan situasi kelas menjadi tidak tertib. Menghadapi sikap dan situasi yang demikian dosen harus jujur kepada diri sendiri dan kemampuan yang dimilikinya.
Dosen yang berhasil akan menyadari bahwa tidak semua yang diharapkan tercapai, tetapi dia juga tidak kecewa. Mahasiswa akan merasakan bahwa pengajar tersebut menghargai usaha mereka. Banyak dosen yang idealis yang gagal karena kurang cukup memberi perhatian sebanyak tuntutan-tuntutannya, menyayangi mahasiswa saja memang tidak cukup, tetapi mereka memerlukan perhatian dan kasih sayang. Bahkan kadang-kadang tidak disadari seorang dosen dalam memberikan perkuliahan terlalu sibuk menciptakan keakraban dengan para mahasiswanya. Bersimpati pada masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa, akhirnya lupa akan kewajiban yang paling mendasar yaitu membuat hal-hal yang sulit menjadi sederhana atau menjelaskan materi dengan cara yang mudah dipahami.
Keberhasilan dalam memberi perkuliahan lebih ditekankan pada mahasiswa, artinya yang berhasil adalah mahasiswa. Jadi dosen yang berhasil adalah apabila dalam proses pemberian perkuliahan dapat melaksanakan tugas utamanya serta merubah sikap mahasiswa sebagai ilmuwan yang berkualitas.
Berdasarkan ulasan tersebut di atas, maka dalam penulisan ini aka diungkapkan permasalahan sebagai berikut:
“Mengapa Penampilan Dosen Dalam Memberi Kuliah Sangat Perlu?”
Adapun tujuan penulisan artikel ini agar para dosen dalam memberikan kuliah kepada mahasiswa tidak hanya menguasai kompetensi pedagogik, profesional dan kompetensi sosial saja, melainkan juga memperhatikan kompetensi kepribadiann khususnya dalam hal berpenampilan di dalam pemberian perkuliahan di kelas agar tetap tampil secara profesional dan mempesona.
Penampilan adalah sikap dalam bentuk pencerminan diri seseorang yang menimbulkan rasa percaya diri dan simpati. Penampilan dalam proses memberi kuliah di kelas merupakan seperangkat kegiatan untuk tampil secara prima dan melaksanakan proses perkuliahan di kelas.
Menurut Rooijokkers (2002) ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penampilan di dalam kelas, yaitu:
1. Busana
Dalam penampilan, busana memegang peranan penting untuk keberhasilan dalam proses memberi kuliah. Busana mengandung arti semua pakaian yang digunakan bagi seseorang mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki yang dapat mencerminkan kepribadian.
Resep Berbusana Professional (B-C-A-B)
B (Basic)
Sejumlah busana yang terdiri dari : blus, rok, celana panjang, blazer dan jas, yang dapat dipakai dalam aktivitas sehari-hari.
C (Color)
Tiga warna dasar: hitam, putih dan kelompok warna natural yaitu krem (warna pasir)
A (AKsesoris)
Antara lain: anting, kalung, gelang bros, sepatu, ikat pinggang, tas, sepatu dan lain-lain
B (Behaviour)
Tingkah laku “kepribadian”. Sedangkan cara-cara yang perlu diperhatikan dalam Berbusana Profesional dapat menentukan identitas, kepribadian maupun watak seseorang, meliputi:
🟥 Baju yang dikenakan (pakaian): model konservatif, tidak mini, tidak transparan, Hindari berdandan gaya ‘funky’ aksesoris Perhatikan pula sepatu yang dikenakan: Hindari mengajar dengan menggunakan sandal atau sepatu kets, sepatu crock apalagi warna mencolok atau slippers.
🟥 Tata Rias Rambut: disesuaikan dengan bentuk wajah, jangan terjebak dengan trend ala selebritis.Untuk Pria sebaiknya rapih dan jangan terjebak rambut gaya model, seleb atau gaya nyentrik. Tata Rias Wajah: Ber-make up atau berbenah tidak di depan umum, natural, harus ada keseimbangan, Dosen Pria perhatikan kumis dan jenggot rapih dan bulu hidung tidak nampak.
🟥 Selain itu yang tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam berbusana meliputi : kategori bahan/ kain, suasana, serta keserasian antara model, postur tubuh dan asesoris yang digunakan, kebersihannya, perawatan dan pemilihannya (perpaduan warna) serta berbagai asesoris yang dikenakan (dipakai).
🟥 Jeans/denim, tidak selalu indentik dengan muda atau kampus seni, perhatikan do’s and taboo’s nya dalam mengenakan jeans pada saat memberi kuliah.
Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa busana merupakan bagian dari konvensi serta hal-hal rutin yang bisa diterapkan oleh dosen pada saat melaksanakan tugasnya di kampus pada saat memberikan kuliah di depan kelas maupun pada saat mendampingi mahasiswa di luar kampus.
Dengan menampilkan diri (dosen) secara profesional tentu saja mahasiswa pun paling tidak lelah mempunyai pandangan tertentu tentang busana yang dipakai oleh seorang dosen, sebab dengan cara berbusana yang rapi dan serasi dapat menentukan identitas, kepribadian maupun watak seseorang, maka busana yang serasi bagi seorang dosen ikut berbicara dalam proses perkuliahan.
2. Gerak
Gerakan-gerakan yang dilakukan dosen secara tepat pada waktu tampil di depan kelas, baik gerakan anggota badan, gerakan mata maupun gerakan seluruh badan pada hakekatnya berperan untuk memperjelas hal-hal yang penting bagi mahasiswa. Sebaliknya gerakan yang berlebihan (over acting) berakibat tidak baik, namun ada juga gerakan yang harus dihindari yaitu gerakan yang bisanya dilakukan tanpa disadari. Misalnya : sering kali memegang hidung, telinga, atau membetulkan rambut yang sebetulnnya tidak mengganggu, mainan sapu tangan, kapur tulis atau spidol white board, dsb. Dengan gerakan tersebut perhatian mahasiswa akan lebih terarah pada gerakan Mahasiswa yang berlatar belakang kaum miskin juga tidak mengharapkan dosennya berpenampilan kumal. Dengan demikian mahasiswa menghendaki dosen berbusana rapi, tidak terlalu menyolok dan menarik.
3. Suara
Suara dosen selama menjelaskan bahan kuliah di depan kelas meliputi: kekuatan suara, lagu pembicaraan dan tekanan pada waktu berbicara harus diperhatikan dan membutuhkan keterampilan menyesuaikan suara. Suara yang telalu lembut/lemah akan menyulitkan daya tangkap mahasiswa terhadap pokok bahasa yang diungkap, demikian juga suara yang terlalu keras akan menimbulkan kesan dosen tersebut kejam atau otoriter.
Dengan demikian seorang dosen yang memberi kuliah harus menyesuaikan suara dengan mempertimbangkan jumlah mahasiswa yang mengikuti kuliah, luas ruang yang digunakan maupun kondisi ruangan.
4. Pandangan Mata
Pada waktu mengajar pandangan mata dosen harus ditujukan ke seluruh mahasiswa, karena yang diajak berbicara adalah seluruh mahasiswa, sehingga hal yang demikian juga memenuhi etika berbicara. Jangan sampai pandangannya menatap langit- langit dan lantai. Hubungan antara dosen dengan seluruh pendengarnya melalui pandangan mata merupakan sasaran yang baik untuk menjaga agar tingkat perhatian mahasiswa tetap besar. Selain itu dosen juga perlu melihat wajah-wajah yang memperlihatkan keheranan, kekaguman, tidak percaya, tidak mengerti, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari sorot mata para mahasiswa.
5. Variasi
Media dapat membantu dosen dalam pelaksanaan pembelajaran, bahwa media dapat menggantikan fungsi dosen sebagian atau seluruhnnya dalam kegiatan pengajaran. Dalam penggunaan media dapat berupa alat yang sebenarnya, alat pengganti (miniatur), pesan (berwujud gambar, kata, suara atau kombinasinya), LCD, laptop, projector, dan sebagainya
Pada saat dosen terampil menggunakan media dalam berbagai variasi berarti memudahkan pemahaman, meningkatkan perhatian peserta didik/ mahasiswa, meningkatkan aktivitas, mempertinggi daya ingat dan lain-lain.
Seperti dikatakan Nana Sudjana, (2000) bahwa penggunaan media tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihannya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran.
Demikian juga dalam penggunaan papan tulis (white board), seorang dosen yang baik sebaiknya menguasai tehknik dan seni dalam mempergunakan white board. White board merupakan alat yang sungguh penting untuk menunjang memperjelas uraian yang diberikan oleh seorang dosen, tetapi alat tersebut hanya akan memberikan hasil guna apabila dosen dapat menggunakannya secara baik.
Dengan kata lain keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan white board tergantung dari cara dosen memakai alat tersebut. Bila dosen mencoret-coret papan tulis secara tidak teratur, maka akan berakibat tidak memperjelas materi perkuliahan Oleh karena itu tulisan harus jelas dan cukup besar sehingga dapat dibaca dan dapat dimengerti.
Ketika perkuliahan sedang berlangsung, guna white board adalah sebagai sarana penulisan suatu kata, kalimat, diagram atau keterangan secara spontan. Sangat menjengkelkan apabila seorang mahasiswa bingung mencari-cari kata atau tulisan yang baru saja dituliskan, padahal kata itu perlu untuk tugas yang sedang dikerjakannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan white board:
(Michael M, 2002):
🟥 Mengawali perkuliahan dengan white board yang bersih dan kosong dari tulisan-tulisan, kecuali memang dirasa perlu dan lebih menguntungkan bisa juga menggambar bagan di white board sebelum perkuliahan dimulai.
🟥 Memberi tempat cukup di board, untuk menuliskan kata-kata inti atau kata-kata kunci
🟥 Bilamana perlu menulis sejumlah perhitungan, hendaknya menggunakan sudut dari board tersebut
🟥 Diusahakan agar tulisan selalau dapat terlihat jelas dan berurutan.
🟥 Hendaknya dosen tidak menggambar terlalu banyak garis, lingkaran atau panah di board, karena hal ini hanya akan menciptakan suatu teka-teki yang ruwet belaka.
🟥 Dosen perlu secara sambil lalu memeriksa cara yang dilakukan dalam menggunakan board tersebut, dengan melihat dari jarak tertentu apakah tulisannya dapat dibaca dengan jelas atau
Yang perlu diingat bagi para dosen dalam pelaksanaan proses pembelajaran, metode mengajar yang banyak mempergunakan “white board”, sering dipandang rendah oleh para pengajar modern, sehingga menjadi dosen tidak perlu memperdalam kemampuan bicara.
Memang seseorang yang pandai bicara belum tentu dapat menjadi pengajar yang baik, tetapi kepandaian berkomunikasi melalui kata-kata masih tetap menjadi salah atau kemampuan sentral yang perlu dikuasai dosen/ pengajar
(Michael, M. 2002)
Dengan kemajuan teknologi penggunaan media visual di ruang ICT saat ini sangat membantu mengatasi keterbatasan panca indera baik bagi mahasiswa maupun para dosen yang sedang melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan paparan di ruang ICT dosen dapat memberi ilustrasi dan melengkapi lebih memperjelas materi yang diberikan
6. Variasi Interaksi
Ketrampilan meningkatkan interaksi antara dosen dengan mahasiswa dan antar mahasiswa harus selalu diupayakan, karena hal ini akan meningkatkan afektivitas dosendalam proses belajar mengajar. Mengusahakan variasi dalam mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang sulit, untuk itu dosen hanya membutuhkan keberanian serta bakat mengorganisir jam kuliah. Variasi-variasi yang dapat dilakukan antara lain:
🟥 Sekali waktu menugaskan mahasiswa untuk menulis di papan tulis.
🟥 Menugaskan mahasiswa untuk menjelaskan lagi hal yang telah diterangkan kepada teman-temannya.
🟥 Menugaskan kelompok kecil untuk membahas suatu hal dengan cara presentasi
Cara kerja semacam ini akan dapat memberi warna lain dalam hal-hal yang rutin serta akan meningkatkan perhatian mahasiswa.
7. Isyarat (Verbal)
Isyarat verbal memunculkan kata-kata yang singkat yang mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Misalnya, ucapan: baik, tepat, teruskan, coba sempurnakan, dan sebagainya.
Isyarat verbal juga dapat berpengaruh untuk menghentikan suatu kegiatan. Misalnya: Ucapan harap tenang, kerjakan sendiri, jangan ramai, dan sebagainya. Dalam situasi tertentu seorang dosen harus terampil memunculkan isyarat-isyarat tersebut karena hal ini akan menambah kelancaran proses belajar mengajar.
Selain ketujuh faktor di atas menurut Rooijokkers, Ad (2002) masih ada beberapa faktor yang mendukung penampilan dosen dalam memberi kuliah yaitu “Sifat dan Sikap” dosen dalam mengajar.
Mengajar atau mendidik merupakan suatu pekerjaan yang bersifat profesional yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, ketekunan, kesabaran, dan pengertian. Karena sifat dan sikap dosen dalam pembelajaran adalah besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan di dalam proses perkuliahan artinya berhasil atau tidaknya seorang dosen memberi kuliah tergantung dari bagaimana cara menyajikan materi perkuliahan yang diterapkan kepada mahasiswa.
Sifat-sifat dan sikap yang harus dimiliki seorang dosen dalam pelaksanaan perkuliahan:
A. Sikap Intelektual (profesionalisme)
Dalam hal ini seorang dosen hendaknya mempersiapkan diri terhadap tugasnya dengan sungguh-sungguh tentang ilmu pengetahuan yang akan disampaikan kepada mahasiswa, sebab apabila seorang dosen sedang memberi kuliah kemudian tidak mampu menjawab pertanyaan dari mahasiswa, maka hal ini sangat mengecewakan khususnya pada pribadi dosen. Selain itu dosen hendaknya mempunyai pikiran yang sehat, tajam cara
berpikir, jujur dalam bertindak dan mempunyai gerak cepat, artinya bila dosen sedang menerangkan materi kuliah, kemudian melihat salah satu mahasiswa mengantuk, maka dosen harus segera menegurnya supaya tidak mengganggu mahasiswa lainnya.
Kesiapan dalam memberikan perkuliahan secara matang sangat menentukan semangat dan perhatian mahasiswa terhadap pelajaran/ perkuliahan, maka dosen hendaknya benar-benar mempersiapkan diri dalam mengajar. Demikian juga dalam menghidupkan suasana kelas.
B. Sifat Kepribadian
Kepribadian dosen merupakan suri teladan bagi mahasiswa, maka dosen jangan hanya sekedar member kuliah atau memberikan ilmu pengetahuan pada mahasiswa, melainkan yang paling penting memberi kuliah dengan sportif, jujur artinya tidak sampai terjadi hal-hal yang menyimpang dari perkuliahan, sebab dosen akan dikatakan baik apabila memiliki kepribadian yang tinggi di hadapan mahasiswa dan memberikan perkuliahan secara obyektif.
Selain itu seorang dosen dalam memberikan kuliah hendaknya bersikap romantik dan penuh kasih sayang artinya dalam diri seorang dosen terpatri sifat sabar, semangat dan giat dalam mengajar, suara harus jelas dan pandangan mata tertuju ke segala arah. Seorang dosen yang selalu marah dalam memberikan perkuliahan, maka mahasiswa semakin tidak dapat melangkah ke arah perkembangan dan kemajuan, karena perasaannya sudah dilekati rasa takut, sebaliknya dosen yang semangat dalam memberikan kuliah akan mengantar mahasiswa dalam suasana gembira dan akhirnya semangat juga dalam mendengarkan penjelasan dari dosennya.
C. Kesehatan Fisik dan Mental
Penampilan prima seorang dosen membutuhkan kesehatan fisik yang cukup artinya dosen dalam melaksanakan perkuliahan harus mempunyai gairah, kebersihan pribadi, kesehatan badannya, lincah. Lemah lembut gayanya dan menjaga kesopanan serta rapi dalam berpakaian, serta biasakan untuk olah raga yang teratur.
D. Latar belakang sosial ekonomi dan kebudayaan
Seorang dosen perlu menyesuaikan diri dengan kondisi mahasiswa dan lingkungan kantor (rekan kerja) tempat kerja
Berdasarkan tentang pembahasan d iatas tentang “Penampilan Dosen Memberikan Kuliah”, maka pada kesempatan ini akan dicoba mengambil simpulan sebagai berikut:
🟥 Bahwa seorang dosen perlu tampil prima pada waktu memberikan perkuliahan di depan kelas, sebab dosen pada saat memberi kuliah memegang peranan ibarat sebagai pemain/penonton sedangkan mahasiswa/peserta didik adalah sebagai Oleh karena itu apabila seorang dosen pada waktu tampil di depan kelas tidak mempunyai rasa percaya diri dan tidak mempunyai kecakapan dan kesiapan yang matang serta tidak dapat menguasai kelas maka peserta mahasiswa akan cepat menangkap tanda-tanda tersebut. Akibatnya situasi kelas akan menjadi tidak tertib.
🟥 Seorang dosen harus selalu berpenampilan prima, supaya mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, selain itu dosen juga harus memperhatikan beberapa hal dalam berpenampilan. Misalnya: cara berbusana, kesehatan serta kepribadian yang mempesona.
Demikianlah sharing yang saya berikan sebagai Dosen yang telah hampir selama 27 tahun mengajar di berbagai Perguruan Tinggi: Universitas, Akademi, serta Lembaga-lembaga Pendidikan dan Pelatihan. 🦋