Penampilan Dosen dalam Memberikan Kuliah

Di era reformasi, dosen dituntut untuk lebih berkualitas (professional) dalam melaksanakan tugas utama yaitu di bidang pendidikan dan pengajaran,   penelitian, pengabdian pada masyarakat.

Karakteristik   dosen   professional   menurut   UU   Guru   dan   Dosen   adalah   menguasai   4   (empat) kompetensi, yaitu :

🟥 Pedagogic

🟥 Professional

🟥 Kepribadian

🟥 Kompetensi sosial

Namun yang tidak kalah penting adalah PENAMPILAN yang merupakan Pencerminan Diri.

Seorang dosen menimbulkan rasa percaya diri yang simpatik terhadap mahasiswa, sehingga tidak mengherankan penampilan dosen dalam memberikan perkuliahan perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa.

Faktor-faktor   yang   harus   diperhatikan   dalam   penampilan   : cara berbusana,   gerakan-gerakan yang tepat dalam memberi kuliah seperti: anggota badan, pandangan mata, penggunaan variasi media, suara serta sikap (kepribadian) yang mempesona.

Di era modern ini ditandai dengan kompetisi antar lembaga pendidikan   demikian ketat, dengan berbagai alasan ketrampilan, mutu pelayanan maupun kepribadian seorang pendidik   sangat   mempengaruhi   minat   belajar   bagi   para   siswanya,   demikian   juga   di perguruan tinggi. Keahlian, kualitas serta penampilan bagi seorang dosen sangat dibutuhkan dalam    memberikan    kuliah.    Dengan    kata    lain    kepribadian    seorang    dosen    sangat mempengaruhi minat belajar bagi para mahasiswanya.  Dengan demikian sumber daya manusia di perguruan tinggi yang profesional khususnya dosen   memiliki peran yang sangat penting untuk memotivasi mahasiswa dalam perkuliahan.

Dosen sebagai   pendidik   profesional   dan   ilmuwan   mempunyai   tugas   utama:

“Mentranformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”

~ Undang-Undang Guru dan Dosen (2005)

Dalam melaksanakan tugas utama tersebut seorang dosen harus mencipt suasana  belajar  yang  nyaman  dan  kondusif,  antara  lain  dengan cara  memperhatikan penampilan     dosen  yang     mempesona     dalam     memberikan     kuliah.     Dosen     yang penampilannya  mempesona  senantiasa    dapat  menciptakan  rasa  percaya  diri  di  hadapan para  mahasiswanya,  sehingga  mahasiswa  dalam  mengikuti  perkuliahan  akan  termotivasi untuk  belajar  lebih  semangat,  sebaliknya  bagi  dosen  yang  kurang  menguasai  diri  akan menjadi bahan pembicaraan bagi mahasiswanya.

Disamping   itu   usaha   untuk   meningkatkan   suatu   kemampuan   mengajar   pada hakekatnya merupakan proses kegiatan yang terus-menerus. Demikian juga kemampuan seorang dosen perlu selalu ditingkatkan agar pada waktu tampil di depan kelas sudah benar-benar memiliki kemampuan yang seharusnya ada pada setiap dosen, artinya apa yang akan diberikan oleh seorang dosen merupakan hasil kegiatan yang pernah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan pengalaman yang ada selama perkuliahan, pada waktu dosen sedang memberikan  kuliah  di  depan  kelas  mau  tidak  mau  dosen     adalah  sebagai  pemain  dan mahasiswa adalah sebagai penonton. Dosen tidak akan dapat menyampaikan amanat atau mengungkapkan  reaksi  perasaannya  waktu  tampil  di  depan  kelas  untuk  melaksanakan perkuliahan sebelum dia menguasai dan mengembangkan cara-cara menyatakan diri kepada sejumlah mahasiswa tersebut.

Setiap usaha member kuliah sebenarnya seorang dosen ingin menumbuhkan atau menyempurnakan   pola   laku tertentu   dalam   diri   mahasiswa,   selain   itu   juga   membina kebiasaan, sehingga peserta mahasiswa terampil menjawab tantangan/situasai hidup secara manusiawi.  Dengan  kata  lain  pada  saat  dosen    memberi  kuliah  mempunyai  tujuan  ingin memekarkan  kemampuan  berpikir  dan  kemampuan  bertindak  para  mahasiswa,  sehingga menghadapi  keadaan  apapun  mereka  sanggup  mengamati  keadaan,  menilai  keadaan  dan menentukan sikap serta tindakannya dalam setiap keadaan. Oleh karena itu setiap  dosen wajib melatih diri untuk menciptakan rasa percaya diri pada waktu tampil di depan kelas untuk memberikan perkuliahan, sebab dosen yang tidak menguasai  diri  pada  waktu  tampil  saat  memberikan  kuliah,  mahasiswa  cepat  menangkap tanda-tanda  tersebut,  akhirnya  mahasiswa  akan  mengetesnya  atau  mengkritik  sehingga dapat mengakibatkan situasi kelas menjadi tidak tertib. Menghadapi sikap dan situasi yang demikian dosen harus jujur kepada diri sendiri dan kemampuan yang dimilikinya.

Dosen yang berhasil akan menyadari bahwa tidak semua yang diharapkan tercapai, tetapi   dia   juga   tidak   kecewa. Mahasiswa   akan   merasakan   bahwa   pengajar   tersebut menghargai  usaha  mereka.  Banyak  dosen    yang  idealis  yang  gagal  karena  kurang  cukup memberi  perhatian  sebanyak  tuntutan-tuntutannya, menyayangi mahasiswa  saja  memang tidak cukup, tetapi mereka memerlukan perhatian dan kasih sayang. Bahkan kadang-kadang tidak  disadari  seorang  dosen  dalam  memberikan  perkuliahan terlalu  sibuk  menciptakan keakraban  dengan  para  mahasiswanya.  Bersimpati  pada  masalah-masalah  yang  dihadapi mahasiswa, akhirnya lupa akan kewajiban yang paling mendasar yaitu membuat hal-hal yang sulit menjadi sederhana atau menjelaskan materi dengan cara yang mudah dipahami.

Keberhasilan dalam memberi perkuliahan lebih ditekankan pada mahasiswa, artinya yang berhasil adalah mahasiswa. Jadi dosen yang berhasil adalah apabila dalam proses pemberian perkuliahan dapat melaksanakan tugas utamanya serta merubah sikap mahasiswa sebagai ilmuwan yang berkualitas.

Berdasarkan ulasan   tersebut   di   atas,   maka   dalam   penulisan   ini   aka diungkapkan permasalahan sebagai berikut:

“Mengapa Penampilan Dosen Dalam Memberi Kuliah Sangat Perlu?”

Adapun tujuan penulisan artikel ini agar para dosen dalam memberikan kuliah  kepada  mahasiswa  tidak  hanya  menguasai  kompetensi  pedagogik,  profesional  dan kompetensi sosial saja, melainkan juga memperhatikan  kompetensi kepribadiann khususnya dalam hal berpenampilan di dalam pemberian perkuliahan di kelas agar tetap tampil secara profesional dan mempesona.

Penampilan adalah   sikap dalam bentuk pencerminan diri seseorang yang menimbulkan rasa percaya diri dan simpati.  Penampilan dalam proses memberi kuliah di  kelas  merupakan seperangkat kegiatan untuk tampil secara prima dan melaksanakan proses perkuliahan di kelas.

Menurut Rooijokkers (2002) ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penampilan di dalam kelas, yaitu:

1. Busana

Dalam penampilan, busana memegang peranan penting untuk keberhasilan dalam proses memberi kuliah.  Busana mengandung arti semua  pakaian  yang  digunakan  bagi seseorang mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki yang dapat mencerminkan kepribadian.


Resep Berbusana Professional (B-C-A-B)

B (Basic) 

Sejumlah  busana  yang terdiri  dari  :  blus,  rok,  celana  panjang,  blazer  dan  jas,  yang  dapat  dipakai  dalam  aktivitas sehari-hari.

C (Color)

Tiga warna dasar: hitam, putih dan kelompok warna natural yaitu krem (warna pasir)

A (AKsesoris)

Antara lain: anting, kalung, gelang bros, sepatu, ikat pinggang, tas, sepatu dan lain-lain

B (Behaviour)

Tingkah laku “kepribadian”. Sedangkan cara-cara yang  perlu  diperhatikan dalam  Berbusana  Profesional  dapat  menentukan identitas, kepribadian maupun watak seseorang, meliputi: 

🟥 Baju yang dikenakan (pakaian): model konservatif,   tidak   mini,   tidak   transparan, Hindari berdandan gaya ‘funky’   aksesoris   Perhatikan pula sepatu yang dikenakan: Hindari mengajar dengan menggunakan sandal atau sepatu kets, sepatu crock apalagi warna mencolok atau slippers.

🟥 Tata Rias Rambut: disesuaikan dengan bentuk wajah, jangan terjebak dengan trend ala selebritis.Untuk Pria sebaiknya rapih dan jangan terjebak rambut gaya model, seleb atau gaya nyentrik. Tata Rias Wajah: Ber-make up atau berbenah tidak di depan umum, natural, harus ada keseimbangan, Dosen Pria perhatikan kumis dan jenggot rapih dan bulu hidung tidak nampak.

🟥 Selain itu  yang  tidak  kalah  penting  untuk  diperhatikan dalam berbusana meliputi : kategori bahan/ kain, suasana, serta keserasian antara model, postur  tubuh  dan  asesoris  yang  digunakan,  kebersihannya,  perawatan  dan  pemilihannya (perpaduan warna) serta berbagai asesoris yang dikenakan (dipakai).

🟥 Jeans/denim, tidak selalu indentik dengan muda atau kampus seni, perhatikan do’s and taboo’s nya dalam mengenakan jeans pada saat memberi kuliah.

Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa busana merupakan bagian dari   konvensi   serta   hal-hal   rutin   yang   bisa   diterapkan   oleh   dosen   pada   saat melaksanakan tugasnya di kampus pada saat memberikan kuliah di depan kelas   maupun pada saat mendampingi mahasiswa di luar kampus.

Dengan menampilkan diri (dosen) secara profesional    tentu  saja mahasiswa  pun  paling  tidak  lelah  mempunyai  pandangan  tertentu tentang busana yang dipakai oleh seorang dosen, sebab dengan cara berbusana yang rapi dan serasi dapat menentukan identitas, kepribadian maupun watak seseorang, maka busana yang serasi  bagi seorang dosen ikut berbicara dalam proses perkuliahan.


2. Gerak

Gerakan-gerakan  yang  dilakukan  dosen  secara  tepat  pada  waktu  tampil  di  depan kelas,  baik  gerakan  anggota  badan,  gerakan  mata  maupun  gerakan  seluruh  badan  pada hakekatnya berperan untuk memperjelas hal-hal yang penting bagi mahasiswa. Sebaliknya gerakan yang berlebihan (over acting) berakibat tidak baik, namun ada juga gerakan yang harus dihindari yaitu gerakan yang bisanya dilakukan tanpa disadari. Misalnya : sering kali memegang hidung, telinga, atau membetulkan rambut yang sebetulnnya tidak mengganggu, mainan  sapu  tangan,  kapur  tulis  atau  spidol  white  board,  dsb. Dengan gerakan tersebut perhatian mahasiswa akan lebih terarah pada gerakan Mahasiswa yang berlatar belakang kaum miskin juga tidak mengharapkan dosennya berpenampilan kumal.  Dengan demikian mahasiswa menghendaki  dosen  berbusana  rapi, tidak terlalu menyolok dan menarik.

3. Suara

Suara dosen selama menjelaskan bahan kuliah di depan   kelas   meliputi: kekuatan suara,   lagu   pembicaraan   dan   tekanan   pada   waktu   berbicara   harus   diperhatikan   dan membutuhkan keterampilan menyesuaikan  suara.  Suara  yang  telalu  lembut/lemah  akan menyulitkan daya tangkap mahasiswa terhadap pokok bahasa yang diungkap, demikian juga suara  yang  terlalu    keras  akan  menimbulkan  kesan  dosen  tersebut  kejam  atau  otoriter.

Dengan  demikian seorang  dosen  yang  memberi  kuliah  harus  menyesuaikan  suara  dengan mempertimbangkan  jumlah  mahasiswa  yang  mengikuti  kuliah,  luas  ruang  yang  digunakan maupun kondisi ruangan.

4. Pandangan Mata

Pada    waktu    mengajar    pandangan    mata    dosen    harus    ditujukan    ke    seluruh mahasiswa,  karena  yang  diajak  berbicara  adalah  seluruh  mahasiswa,  sehingga  hal  yang demikian  juga    memenuhi  etika  berbicara.  Jangan sampai pandangannya menatap langit- langit dan lantai. Hubungan antara dosen dengan seluruh pendengarnya melalui pandangan mata merupakan sasaran yang baik untuk menjaga agar tingkat perhatian mahasiswa tetap besar.  Selain  itu  dosen  juga  perlu  melihat  wajah-wajah  yang  memperlihatkan  keheranan, kekaguman,  tidak  percaya, tidak  mengerti,  dan sebagainya.  Hal ini dapat dilihat  dari  sorot mata  para mahasiswa.

5. Variasi

Media  dapat  membantu  dosen  dalam  pelaksanaan  pembelajaran,  bahwa  media dapat  menggantikan  fungsi  dosen  sebagian  atau  seluruhnnya  dalam  kegiatan  pengajaran. Dalam penggunaan media dapat berupa alat yang sebenarnya, alat pengganti (miniatur), pesan (berwujud gambar, kata, suara atau kombinasinya), LCD, laptop, projector,  dan sebagainya

Pada saat dosen terampil menggunakan media dalam berbagai variasi berarti memudahkan pemahaman, meningkatkan  perhatian  peserta  didik/ mahasiswa,  meningkatkan  aktivitas, mempertinggi daya ingat dan lain-lain.

Seperti dikatakan Nana Sudjana, (2000) bahwa penggunaan media tidak dilihat atau dinilai  dari  segi  kecanggihannya,  tetapi  yang  lebih  penting  adalah  fungsi  dan  peranannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran.

Demikian  juga  dalam  penggunaan  papan  tulis  (white  board),  seorang  dosen  yang baik  sebaiknya  menguasai  tehknik  dan  seni  dalam  mempergunakan  white  board.  White board  merupakan  alat  yang  sungguh  penting  untuk  menunjang  memperjelas  uraian  yang diberikan  oleh  seorang  dosen,  tetapi  alat  tersebut  hanya  akan  memberikan  hasil  guna apabila dosen dapat menggunakannya secara baik.

Dengan  kata  lain  keuntungan  yang  dapat  diperoleh  dengan  menggunakan  white board tergantung dari cara dosen memakai alat tersebut. Bila dosen mencoret-coret papan tulis secara tidak teratur, maka akan berakibat tidak memperjelas materi perkuliahan Oleh karena itu tulisan harus jelas dan cukup besar sehingga dapat dibaca dan dapat dimengerti.

Ketika  perkuliahan  sedang  berlangsung,  guna  white  board  adalah sebagai sarana penulisan suatu  kata, kalimat,  diagram  atau  keterangan  secara  spontan.  Sangat menjengkelkan  apabila  seorang mahasiswa bingung mencari-cari kata atau tulisan yang baru saja dituliskan, padahal kata itu perlu untuk tugas yang sedang dikerjakannya.


Hal-hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  penggunaan  white  board:

(Michael M, 2002):

🟥 Mengawali perkuliahan dengan white board yang bersih dan kosong dari tulisan-tulisan, kecuali memang dirasa perlu dan lebih menguntungkan bisa juga menggambar bagan di white board sebelum perkuliahan dimulai.

🟥 Memberi tempat cukup di board, untuk menuliskan kata-kata inti atau kata-kata kunci

🟥 Bilamana perlu  menulis  sejumlah  perhitungan,  hendaknya  menggunakan  sudut    dari board tersebut

🟥 Diusahakan agar tulisan selalau dapat terlihat jelas dan berurutan.

🟥 Hendaknya dosen  tidak  menggambar  terlalu  banyak  garis,  lingkaran  atau  panah  di board, karena hal ini hanya akan menciptakan suatu teka-teki yang ruwet belaka.

🟥 Dosen  perlu  secara  sambil  lalu  memeriksa  cara  yang  dilakukan  dalam  menggunakan board  tersebut,  dengan  melihat  dari  jarak  tertentu  apakah  tulisannya  dapat  dibaca dengan jelas atau

Yang perlu diingat bagi para dosen dalam pelaksanaan proses pembelajaran, metode mengajar yang banyak mempergunakan “white board”, sering dipandang rendah oleh para pengajar modern, sehingga menjadi dosen   tidak perlu memperdalam kemampuan bicara.

Memang  seseorang  yang  pandai  bicara  belum  tentu  dapat  menjadi  pengajar  yang  baik, tetapi   kepandaian   berkomunikasi   melalui   kata-kata   masih   tetap   menjadi   salah   atau kemampuan sentral yang perlu dikuasai dosen/ pengajar

(Michael, M. 2002)

Dengan kemajuan teknologi penggunaan media visual di ruang ICT saat ini sangat membantu mengatasi keterbatasan panca indera baik bagi mahasiswa maupun para dosen yang sedang melaksanakan pembelajaran.  Dengan menggunakan paparan di ruang ICT dosen dapat memberi ilustrasi dan melengkapi lebih memperjelas materi yang diberikan


6. Variasi Interaksi

Ketrampilan meningkatkan interaksi antara dosen dengan mahasiswa  dan  antar mahasiswa  harus  selalu  diupayakan,  karena  hal  ini  akan  meningkatkan  afektivitas  dosendalam proses  belajar  mengajar.  Mengusahakan variasi dalam mengajar bukanlah suatu pekerjaan   yang   sulit,   untuk   itu   dosen   hanya   membutuhkan   keberanian   serta   bakat mengorganisir jam kuliah. Variasi-variasi yang dapat dilakukan antara lain:

🟥 Sekali waktu menugaskan mahasiswa untuk menulis di papan tulis.

🟥 Menugaskan mahasiswa  untuk  menjelaskan  lagi  hal  yang  telah  diterangkan  kepada teman-temannya.

🟥 Menugaskan kelompok  kecil  untuk  membahas  suatu  hal  dengan  cara  presentasi

Cara kerja semacam ini akan dapat memberi warna lain dalam hal-hal yang rutin serta akan meningkatkan perhatian mahasiswa.

7. Isyarat (Verbal)

Isyarat verbal memunculkan  kata-kata  yang  singkat  yang  mempunyai  pengaruh dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Misalnya, ucapan: baik, tepat, teruskan, coba sempurnakan, dan sebagainya.

Isyarat verbal juga dapat berpengaruh untuk menghentikan suatu kegiatan. Misalnya: Ucapan harap tenang, kerjakan sendiri, jangan ramai, dan sebagainya. Dalam situasi tertentu seorang  dosen  harus  terampil  memunculkan  isyarat-isyarat  tersebut  karena  hal  ini  akan menambah kelancaran proses belajar mengajar.

Selain ketujuh faktor di atas menurut Rooijokkers, Ad (2002) masih ada beberapa faktor yang mendukung penampilan dosen dalam memberi kuliah yaitu “Sifat dan Sikap” dosen dalam mengajar.

Mengajar  atau  mendidik  merupakan  suatu  pekerjaan  yang  bersifat  profesional  yang harus  dilaksanakan  dengan  penuh  tanggung  jawab,  ketekunan,  kesabaran,  dan  pengertian. Karena  sifat  dan  sikap  dosen  dalam  pembelajaran  adalah  besar  sekali  pengaruhnya  terhadap keberhasilan di dalam proses  perkuliahan artinya berhasil atau tidaknya seorang dosen memberi kuliah tergantung dari bagaimana cara menyajikan materi perkuliahan yang diterapkan kepada mahasiswa.


Sifat-sifat  dan  sikap  yang  harus  dimiliki  seorang  dosen  dalam  pelaksanaan perkuliahan:

A. Sikap Intelektual (profesionalisme)

Dalam  hal  ini  seorang  dosen  hendaknya  mempersiapkan  diri  terhadap  tugasnya dengan   sungguh-sungguh   tentang   ilmu   pengetahuan   yang   akan   disampaikan   kepada mahasiswa,  sebab  apabila  seorang  dosen  sedang  memberi  kuliah  kemudian  tidak  mampu menjawab pertanyaan dari mahasiswa, maka hal ini sangat mengecewakan khususnya pada pribadi  dosen.  Selain  itu  dosen  hendaknya  mempunyai  pikiran  yang  sehat,  tajam  cara

berpikir,  jujur  dalam  bertindak  dan  mempunyai  gerak  cepat,  artinya  bila  dosen  sedang menerangkan  materi  kuliah,  kemudian  melihat  salah  satu  mahasiswa  mengantuk,  maka dosen harus segera menegurnya supaya tidak mengganggu mahasiswa lainnya.

Kesiapan dalam memberikan perkuliahan secara matang sangat menentukan semangat dan perhatian mahasiswa terhadap pelajaran/ perkuliahan, maka dosen hendaknya benar-benar mempersiapkan diri dalam mengajar. Demikian juga dalam menghidupkan suasana kelas.

B. Sifat Kepribadian

Kepribadian  dosen  merupakan  suri  teladan  bagi  mahasiswa,  maka  dosen  jangan hanya   sekedar   member   kuliah   atau   memberikan   ilmu   pengetahuan   pada   mahasiswa, melainkan  yang  paling  penting  memberi  kuliah  dengan  sportif,  jujur  artinya  tidak  sampai terjadi hal-hal yang menyimpang dari perkuliahan, sebab dosen akan dikatakan baik apabila memiliki kepribadian yang tinggi di hadapan mahasiswa dan memberikan perkuliahan secara obyektif.

Selain itu seorang dosen dalam memberikan kuliah hendaknya bersikap  romantik dan penuh kasih sayang artinya dalam diri seorang dosen terpatri sifat sabar, semangat dan giat dalam mengajar, suara harus jelas dan pandangan mata tertuju ke segala arah. Seorang dosen yang selalu marah dalam memberikan perkuliahan, maka mahasiswa semakin tidak dapat melangkah ke arah perkembangan dan kemajuan, karena perasaannya sudah dilekati rasa  takut,  sebaliknya  dosen  yang  semangat  dalam  memberikan  kuliah  akan  mengantar mahasiswa  dalam  suasana  gembira  dan  akhirnya  semangat  juga  dalam  mendengarkan penjelasan dari dosennya.

C. Kesehatan Fisik dan Mental

Penampilan prima seorang dosen membutuhkan kesehatan fisik yang cukup artinya dosen  dalam  melaksanakan perkuliahan   harus   mempunyai   gairah,   kebersihan   pribadi, kesehatan badannya, lincah. Lemah lembut gayanya dan menjaga kesopanan serta rapi dalam berpakaian, serta biasakan untuk olah raga yang teratur.

D. Latar belakang sosial ekonomi dan kebudayaan

Seorang dosen perlu menyesuaikan diri dengan kondisi mahasiswa dan lingkungan kantor (rekan kerja) tempat kerja

Berdasarkan tentang pembahasan d iatas tentang “Penampilan Dosen Memberikan Kuliah”, maka pada kesempatan ini akan dicoba mengambil simpulan sebagai berikut:

🟥 Bahwa seorang  dosen  perlu  tampil  prima  pada  waktu  memberikan  perkuliahan  di  depan kelas, sebab dosen pada saat memberi kuliah memegang peranan ibarat sebagai pemain/penonton  sedangkan  mahasiswa/peserta  didik  adalah  sebagai    Oleh  karena  itu apabila seorang dosen pada waktu tampil di depan kelas tidak mempunyai rasa percaya diri dan  tidak  mempunyai  kecakapan  dan  kesiapan  yang  matang  serta  tidak  dapat menguasai kelas  maka  peserta  mahasiswa  akan  cepat  menangkap  tanda-tanda  tersebut.  Akibatnya situasi kelas akan menjadi tidak tertib.

🟥 Seorang dosen harus selalu berpenampilan prima, supaya mahasiswa mempunyai motivasi belajar   yang   tinggi,   selain   itu   dosen   juga   harus   memperhatikan   beberapa   hal   dalam berpenampilan. Misalnya: cara berbusana, kesehatan serta kepribadian yang mempesona.

Demikianlah sharing yang saya berikan sebagai Dosen yang telah hampir selama 27 tahun mengajar di berbagai Perguruan Tinggi: Universitas, Akademi, serta Lembaga-lembaga Pendidikan dan Pelatihan. 🦋

Leave a comment